Para pemain e-commerce, online kok beriklan di media konvensional, sih?

Ada pemandangan menarik yang kini tampaknya normal namun bisa dibaca dengan berbagai sudut pandang. Di media iklan luar ruang, iklan bioskop, iklan bergerak di metromini dan bis, iklan di televisi, radio serta koran/majalah, ditayangkan berbagai iklan dari pemain e-dagang, e-commerce, media online.

Sebut saja Tokopedia.com, Lazada.co.id, Tokobagus (sekarang Olx), Mataharimall.com, Traveloka, Blibli, Bukalapak.com, dan banyak lagi pemain-pemain lain yang rajin 'nampang' beriklan.

Ada apa?

Aplikasi pemantau iklan Adstensity mungkin menghubungkan dengan potensi bisnis online atau e-commerce yang semakin besar di Indonesia.

Ada enam perusahaan yang menginvestasikan bujet promosinya lebih dari Rp100 milyar untuk iklan di televisi.

Aneh, bukan?

Mengapa mereka rela menggelontorkan dana untuk beriklan di media promosi konvensional? Apa mereka tidak percaya diri dengan promosi 'viral' via social media atau aplikasi atau AdSense atau apalah yang bukan media 'offline'.

Tambah aneh mengingat bahwa logikanya promosi lewat iklan konvensional sejak dahulu sampai sekarang tidak berbanding lurus dengan pemasukan langsung. Jadi, entah karena pertimbangan apa para pemain online itu ramai-ramai memakai media iklan konvensional.

Mengingat 'ilmu' para agensi periklanan Indonesia' yang lumayan canggih sekarang ini, tentu terlalu naif dan menyederhanakan  kalau melihat fenomena di atas sekedar sebagai bagian dari advis agensi kepada para pemain online itu karena 'tidak ada pilihan beriklan yang lebih canggih'.

Salah satu alasan yang paling masuk akal adalah bagaimanapun derasnya penetrasi internet (termasuk 4G) dan mobile, pemain-pemain online itu masih merasa perlu 'hadir' secara 'offline' bahkan mau merogoh kocek lebih dalam daripada beriklan secara 'online' sendiri.

Mungkin mereka sadar bahwa sekalipun ada beberapa kebiasaan yang mulai dimiliki orang dengan memesan ojek, taksi, makanan, antaran secara online lewat layanan berbasis aplikasi, rupanya 'bisnis offline' masih diyakini memegang peran lebih besar. Selain itu, mungkin ada kesadaran bahwa ini bagian dari upaya untuk membiasakan kebiasaan konsumen dari offline ke online.

Dengan bujet iklan sedemikian besar, tentu para pemain itu perlu mengevaluasi secara lebih serius. Mengingat banyak bisnis sudah mulai belajar dan pilih pilih dalam mengalokasikan bujet untuk memakai iklan konvensional kok sekarang justru pemain online malah berebut memakainya?  

Post a Comment

Previous Post Next Post